Selasa, 22 Agustus 2017

Conium maculatum (Poison Hemlock/Hemlock Beracun)

(Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Ryururiver)

Catatan:
"Poison hemlock"/"Hemlock beracun" merujuk pada halaman ini. Untuk
"hemlock" yang lainnya, silakan lihat Hemlock (disambiguasi).


Conium maculatum di California

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Kelas : Eudikotil
(tidak terdaftar) : Asterids
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Sub famili : Apioideae
Genus : Conium
Spesies : Conium maculatum

Nama Binomial : Conium maculatum L, 1753



Daftar Sinonim

•Cicuta major Lam.
•Cicuta officinalis Crantz
•Conium ceretanum Sennen
•Conium cicuta (Crantz) Neck.
•Conium croaticum Waldst. & exWilld.
•Conium divaricatum Boiss. & Orph.
•Conium leiocarpum (Boiss.) Stapf
•Conium maculosum Pall.
•Conium nodosum Fisch. ex Steud.
•Conium pyrenaicum Sennen Elias
•Conium sibiricum Steud.
•Conium strictum Tratt.
•Conium tenuifolium Mill.
•Coriandrum cicuta Crantz
•Coriandrum maculatum (L.)R
•Selinum conium (Vest) E.L. Krause
•Sium conium Vest


Conium maculatum
(hemlock atau hemlock beracun) merupakan tanaman herba berbunga dua tahunan (biennial) yang sangat beracun dari keluarga wortel, Apiaceae, yang juga merupakan tanaman asli Eropa dan Afrika Utara. Sebagai tanaman kuat yang mampu hidup di berbagai variasi lingkungan, secara alami hemlock memiliki penyebaran yang luas pada lokasi di luar wilayah aslinya.

Hemlock Beracun

Nama

Conium maculatum juga dikenal dengan beberapa nama daerah. Selain Hemlock Inggris, nama lain yang digunakan adalah Pakis Wortel Australia, roti iblis Irlandia atau bubur iblis, peterseli beracun, corobane berbintik, dan hemlock berbintik. Tumbuhan ini sangat mirip dengan pohon berjarum (konifer) Tsuga, yang juga dikenal dengan sebutan hemlock meskipun kedua tanaman ini amat berbeda. Batang hemlock yang telah kering terkadang disebut kecksies atau kex. Conium berasal dari bahasa Yunani, konas (artinya pusaran) yang merujuk pada vertigo, salah satu dari gejala yang diderita jika menelan tanaman ini.

Deskripsi

Conium maculatum merupakan tanaman herba berbunga dua tahunan yang mampu tumbuh hingga mencapai tinggi 1.5 - 2.5 meter (5-8 kaki), dengan batang yang halus, berongga, dan berwarna hijau, biasanya berbintik atau dililiti warna merah atau ungu pada separuh bagian bawah batangnya. Seluruh bagian dari tanaman ini tidak memiliki rambut (licin); daunnya berbentuk menyirip (pinnate) dua-hingga-empat, terbagi secara halus menjadi banyak anak daun. Secara keseluruhan berbentuk segitiga, panjang daunnya dapat mencapai 50 cm dan luasnya 40 cm. Bunganya kecil, putih, bergerombol banyak dalam payungan bunga berukuran 10-15 cm (4-6 inci). Ketika dihancurkan atau diremas, daun dan akar tanaman ini mengeluarkan aroma tajam yang tidak enak. Tanaman ini juga menghasilkan buah berbentuk bulat dalam jumlah besar yang memungkinkannya untuk membentuk tegakan yang rapat di tanah yang termodifikasi.

Penyebaran dan Ekologi

Conium maculatum merupakan tanaman asli daerah beriklim sedang di Eropa, Asia Timur, dan Afrika Utara. Tanaman ini telah diperkenalkan dan dinaturalisasikan di berbagai wilayah lainnya, termasuk Asia, Amerika Utara, Australia, dan Selandia Baru.

Tanaman ini sering ditemukan tumbuh pada tanah yang sulit menyerap air, terutama di dekat sungai, parit, dan wilayah air permukaan lainnya. Tanaman ini juga sering muncul di pinggir jalan, di tepi lahan pertanian, dan area terbuang/tak terpelihara. Tanaman ini juga dipertimbangkan sebagai spesies invasif di 12 negara A.S.

Conium maculatum dapat tumbuh pada daerah basah, namun juga mampu tumbuh pada lahan keras yang berumput dan lebih kering, tepi jalan, dan lahan terganggu. Tanaman ini merupakan makanan bagi beberapa larva dari spesies Lepidoptera, termasuk ngengat karpet alas-perak (silver-ground carpet). Hemlock beracun ini mekar di musim semi, ketika sebagian besar tanaman hijau lain telah menghilang. Setiap bagian dari tanaman ini mengandung racun, namun setelah tanaman ini dikeringkan, racunnya telah sangat berkurang, meskipun tidak lenyap seluruhnya.

Biokimia dari racun alkaloid


Struktur kimia pada salah satu dari dua enantiomer, isomer (S)-(+), pada coniine, dimana campuran alaminya dianggap sebagai campuran rasemik (campuran yang sebanding) dari isomer (S)-(+) ini dan isomer (R)-(–).

Sebuah ilustrasi Conium maculatum di abad ke-19

Butiran biji Hemlock di akhir musim panas.

Conium mengandung coniine, alkaloid piperidin, N-methylconiine, conhydrine, pseudoconhydrine, dan gamma-coniceine (atau g-coniceine), yang juga merupakan pendahulu dari alkaloid hemlock yang lainnya. Coniine memiliki struktur kimia dan sifat farmakologis yang serupa dengan nikotin.

Penggunaan dan pengaruh

Coniine akan mengganggu kerja sistem saraf pusat melalui aksi pada reseptor nikotinik asetilkolin. Dalam jumlah yang cukup tinggi, coniine dapat menjadi sangat berbahaya bagi manusia dan hewan ternak. Karena potensinya yang tinggi, tertelannya tanaman ini meski hanya dalam dosis yang terlihat kecil mampu menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian.

Coniine menyebabkan kematian dengan cara menghalangi sambungan neuromuskuler seperti yang dilakukan oleh curare; hal ini mengakibatkan kelumpuhan otot yang naik perlahan-lahan dari otot bagian bawah tubuh hingga bagian atas, dengan kelumpuhan akhir pada otot pernafasan yang akan menyebabkan kematian karena kekurangan oksigen pada bagian jantung dan otak. Kematian dapat dicegah dengan menggunakan ventilasi buatan sampai efek coniine memudar 48-72 jam kemudian. Bagi orang dewasa, menelan coniine lebih dari 100 mg (0.1 gram), (sekitar enam hingga delapan lembar daun hemlock segar, atau dosis yang lebih kecil untuk biji atau akar) dapat berakibat fatal.

Pada manusia

Tanaman ini adalah tanaman yang telah membunuh Socrates dan Phocion.
(lihat di bawah)

Pada hewan lain

Conium maculatum sangat beracun bagi hewan. Dalam waktu singkat, alkaloidnya memproduksi zat penghalang neuromuskuler yang berpotensi fatal ketika otot-otot pernafasan terkena efeknya. Kandungan racun akut ini, jika tidak menyebabkan kematian, dapat diatasi dengan pemulihan secara langsung pada hewan yang terkena racun, sehingga pemaparan dampak lebih lanjut dapat dihindari.

Conium maculatum di Chino, California pada tanggal 10 Mei 2017

Telah dilakukan beberapa observasi bahwa hewan-hewan yang terkena racun cenderung kembali mencoba memakan tanaman ini. Kandungan racun kronis dari tanaman ini hanya mempengaruhi hewan yang sedang hamil. Ketika mereka terkena racun Conium maculatum selama periode pembentukan organ janin maka keturunannya akan terlahir dengan malformasi, terutama palatoskisis dan Arthrogryposis Multiple Congenital (AMC) atau Multiple Congenital Contractures (MCC). Kandungan racun kronis tidak dapat disembuhkan dan meskipun dalam beberapa kasus MCC/AMC dapat diselesaikan melalui operasi, sebagian besar hewan yang mengalami malformasi telah tiada. Namun kehilangan ini mungkin dianggap remeh, setidaknya di beberapa wilayah. Hal ini dikarenakan sulitnya menghubungkan antara malformasi dengan keracunan kehamilan lebih awal.

Karena belum adanya penangkal racun spesifik yang ditemukan, maka pencegahan adalah satu-satunya cara untuk mengatasi kehilangan produksi yang disebabkan oleh tanaman ini. Pengendalian dengan herbisida dan penggembalaan dengan hewan yang kurang rentan terhadap tanaman ini (misalnya domba) telah disarankan. Alkaloid dari Conium maculatum juga dapat memasuki rantai makanan manusia melalui susu dan unggas.

Sejarah dan Referensi budaya


Socrates


Artikel Utama : Pengadilan Socrates

Dalam Yunani kuno, hemlock digunakan untuk meracuni tahanan yang mendapat hukuman mati. Korban yang paling terkenal dari kasus keracunan hemlock adalah sang filsuf Socrates. Setelah memperoleh hukuman mati atas tuduhan penolakan untuk menyembah dewa-dewi Yunani (impiety) dan merusak pemikiran anak-anak muda Athena, pada tahun 399 SM, Socrates diberikan infus kuat yang berisi ekstrak tanaman hemlock. Plato mendeskripsikan kematian Socrates dalam dialog Phaedo :

"Lelaki itu... meletakkan tangannya di tubuh Socrates dan setelah beberapa saat memeriksa tungkai dan ujung kakinya, ia lalu mencubit kaki Socrates keras-keras dan bertanya apakah ia merasakannya. Socrates berkata "Tidak"; lalu setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan ke kaki bagian atasnya; dan dilanjutkan ke bagian atas tubuhnya di mana ia memperlihatkan pada kami bahwa tubuhnya semakin dingin dan kaku. Dan lalu lelaki itu menyentuhnya lagi dan berkata bahwa jika racun itu mencapai jantungnya, Socrates akan tiada. Rasa dingin itu sekarang telah mencapai daerah pangkal pahanya, dan ketika ia menampakkan wajahnya, yang sebelumnya ditutupi, ia berkata - dan ini adalah kata-kata terakhirnya, - "Crito, kita berhutang seekor ayam jantan pada Asclepius. Bayarlah dan jangan lupakan itu." "Itu," kata Crito, "akan dilakukan; namun ayo kita lihat apakah kau punya hal lain untuk dikatakan." Untuk pertanyaan ini, Crito tidak mendapat jawaban, namun setelah beberapa saat ia bergerak; seorang petugas membuka selimutnya; matanya nampak terpaku. Dan ketika Crito melihat hal ini, ia menutup mulut dan matanya.

Meskipun begitu, banyak orang yang mempertanyakan apakah kisah ini adalah fakta, ataukah hanya perspektif dari Bloch yang sangat memperhatikan dan mencatat kata-kata Plato serta obat-obatan kuno dan modernnya, dan sumber kisah Yunani kuno lainnya pun merujuk pada laporan di atas yang berfokus secara konsisten pada keracunan Conium. [membutuhkan sumber yang lebih baik]

Lihat juga
Daftar tanaman beracun


Footnote: I do this translation simply because I was learning information about this plant and it's toxicity. I didn't do this translation for any financial benefit. The original information was published at https://en.wikipedia.org/wiki/Conium_maculatum. If you were related to this site and information and want me to delete or change this post, please tell me at river.tsumugi@gmail.com. Thank you very much.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar